Kamis, 31 Mei 2012

E-TROMBOSIS Akibat Berlama-lama di Depan Komputer


Chris Simmons beruntung, ia masih hidup. Programmer computer asal Bristol, inggris, roboh setelah menghabiskan waktu dua belas jam dengan komputernya. Beberapa hari kemudian, dia mulai mengalami batuk darah. Dari hasil scaning menunjukan ia menderita pulmonary embolism. Kasus E-trombosis yang tercatat adalah yang terjadi pada seorang pria muda dari Selandia Baru. Pria tersebut hampir meninggal, setelah menghabiskan waktu berjam-jam duduk didepan computernya. Kasus kematian karena E-trombosis yang pertama tercatat adalah seorang pria korea selatan berusia 24 tahun yang ceroboh dan meninggal, setelah bermain game computer secara marathon 80 jam di berbagai kafe internet. Pesan yang ingin disampaikan sangat jelas, E-Trombosis bukanlah hal yang main-main. Tampak suatu yang sepele, tapi dapat berakibat fatal.
Apa Itu E Thrombosis ?
Aliran darah sangat penting, untuk mensirkulasikan makanan dan oksigen keseluruh tubuh. Didalam darah terdapat sesuatu sistem yang dikenal dengan mekanisme pembekuan darah. Mekanisme pembekuan darah memeranakan dua fungsi pertama adalah menjaga agar darah tetap mengalir dan yang kedua, membentuk suatu bekuan atau sumbatan untuk menghentikan pendarahan.
Dalam keadaan normal, fungsi pembekuandarah dalam keadaan tiadak aktif. Namun, ketika kita luka, misalnya pembuluh darah tersayat, fungsi pembekuan ini diaktifkan dan darah membentuk suatu massa padat atau bekuan, untuk melindungi kita dari kehilangan darah. Mekanisme pembekuan sangan efektif didalam menjaga keseimbangan antra darah yang mengalir. Akan tetapi kadang-kadang mekanisme ini juga bekerja keliru dan satu bekuan terbentuk didalam pembuluh darah yang terbuka.
Ketika aliran darah terganggu atau darah berhenti mengalir dengan bebas, mekanisme pembekuan diaktifkan dan darah menjadi suatu massa padat. Para dokter menggunakan istilah thrombus untuk menjelaskan hal ini. Ketika bekuan terjadi didalam pembuluh darah dan mengakibatkan keseluruhan urat nadi (arteri) dan urat darah halus, inilah yang disebut thrombosis (thrombosis). Hal ini dapat terjadi dibagian tubuh, karena pembuluh darah terdapat diseluruh tubuh untuk mengsirkulasikan makanan dan oksigen yang dibutuhkan agar kita tetap hidup. Suatu penelitian menunjukan, duduk tanpa bergerak hanya untuk selama satu setengah jam, dapat mengurangi mengalirnya darah pada pembuluh popliteal (dibelakang lutut) sam[pai 40%. Seseorang yang menderita thrombosis, beresiko mengalami embolisme yaitu ketika dari bekuan darahterlepas dan bergerak ke sekeliling tubuh dan akhirnya menghambat satu arteri.
Proses ini disebut embolisasi dan bagian bekuan darah yang terlepas disebut embolus atau emboli. Contoh dari hal ini adalah ketika bagian dari bekuan darah pada deep vein thrombosis (DVT) terlepas, lalu bergerak naik ke kaki, melewati sisis kanan jantung dan sampai diarteri paru-paru (pulmonary). Ini disebut bagian pulmonary embolism (PE). PE yang besar dapat memblokir keseluruhan suplai darah ke paru-paru dan ini fatal. PE yang lebih kecil dapat menyebabkan sesak nafas dan rasa sakit bahakan batuk darah.
Istilah e-trombosis diciptakan oleh Dr. Richard Beasly dari Medical Research Institute, Selandia Baru, untuk menjelaskan hubungan antara duduk pada posisi yang tetap dalam waktu yang lama didepan komputer dengan terjadinya DVT dan kemudian PE. Dr. meneliti kasus pria berusia 23 tahun dari Selandia Baru, yang mengalami DVT dan PE setelah duduk dengan jangka waktu yang lama didepan komputer. Dia terbiasa diuduk didepan computer delapan samapi dua belas jam dan kadang-kadang tak bergerak selama enam jam. Hubungan antara duduk terlalu lama dengan terjadinya DVT pertama kali dikenali pada perang dunia ke dua, ketika orang-orang London duduk tidur semalaman dikursi geladak. Gerakan kaki keatas dan kebawah agar otot-otot betis berkontraksi. Berdiri lalu berjalan-jalan disekitar tempata kerja selama selama lima sampai sepuluh menit tiap satu jam. Dan juga penting adalah banyak minum, karena dehidrasi adalah faktor resiko DVT. A. Taufik, SP (Alumnus Teknologi pangan Universitas Padjadjaran).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar