Senin, 03 September 2012

HUKUM DHAMMA NIYAMA

1. Hukum Kosmis (Niyama)

"Ia yang menjadi sempurna oleh hukum kosmis, Ia yang mengajarkan hukum tersebut, Ia Sang Pelindung, dengan penghormatan demikian saya akan menguraikan hukum tersebut." (Niyama-dipani)

Ungkapan "menjadi sempurna oleh hukum kosmis" berarti bahwa hukum ini termasuk hukum kosmis untuk para Buddha, di mana keadaan Kebuddhaan sepenuhnya dicapai. Hukum ini membawa pencapaian Bodhi oleh para Maha-Bodhisatta, yaitu sepuluh kesempurnaan yang masing-masing terdiri atas tiga tahapan, lima pengorbanan besar, tiga kewajiban, dan pada hari terakhir perjuangannya, hukum sebab-akibat, dan saat bermeditasi mencapai konsentrasi jhana dengan pernapasan, awal mula dan lenyapnya lima kelompok kehidupan. Dengan hal-hal ini para Buddha mencapai Kebuddhaan, karenanya hal-hal demikan disebut hukum tertib kosmis untuk para Buddha. Dengan ini kita simpulkan bahwa bukan dengan kesempatan ataupun kebetulan para Buddha menjadi sempurna.

"Ia yang mengajarkan hukum tersebut" bermakna bahwa Ia mengajarkan satu hukum tertib kosmis yang terdiri atas lima rangkaian hukum. Kelima unsur tersebut adalah:
a. Utu-niyama (hukum energi)
b. Bija-niyama (hukum pembenihan)
c. Kamma-niyama (hukum perbuatan)
d. Citta-niyama (hukum psikis)
e. Dhamma-niyama (hukum Dhamma)

Utu-niyama
Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama (mahabhuta), yaitu unsur pathavi, apo, tejo, dan vayo. Unsur pathavi (secara harfiah berarti "tanah") merupakan unsur yang bersifat "luasan" dan liat, yang berfungsi menjadi basis unsur lainnya. Unsur kedua tidak dapat saling mengikat tanpa dasar untuk ikatan tersebut; unsur ketiga tidak dapat menghangatkan tanpa basis bahan bakar; unsur keempat tidak dapat bergerak tanpa dasar untuk gerakannya; semua materi bahkan atom sekali pun membutuhkan unsur pathavi sebagai basisnya.

Unsur apo (secara harfiah berarti "air") merupakan unsur yang bersifat kohesif (ikat-mengikat) dan dapat menyesuaikan diri, yang berfungsi memberikan sifat ikat-mengikat pada unsur lainnya. Unsur ini juga memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup.

Unsur tejo (secara harfiah berarti "api") merupakan unsur yang bersifat panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin pada unsur lainnya. Karena unsur ini, semua materi dapat dihasilkan kembali untuk tumbuh dan berkembang setelah mencapai kematangan.

Unsur vayo (secara harfiah berarti "udara") merupakan unsur yang bersifat gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur lainnya. Unsur gerak ini membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi.

Unsur-unsur ini jika bertahan dalam kondisi yang tetap, dapat bertambah kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk bertambah, dan berkurang kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk berkurang. Misalnya, dalam benda padat unsur cair dapat memperoleh kekuatan gerak yang cukup sehingga menyebabkan benda padat tersebut mencair, dalam zat cair unsur panas dapat mengubahnya menjadi nyala api dan unsur cairnya hanya memberi sifat ikatan. Karena sifat intensitas dan jumlahnya ini, keempat unsur tersebut disebut unsur besar (mahabhutani). Intensitas dan jumlah unsur-unsur ini mencapai puncaknya ketika terjadinya pembentukan dan kehancuran alam semesta.

Energi (utu) merupakan benih awal semua fenomena pada dunia materi dan merupakan bentuk awal dari unsur panas.

Hukum energi merupakan proses berkelanjutan yang mengatur empat rangkaian pembentukan, kelanjutan, kehancuran, dan kekosongan alam semesta. Ia juga mengatur pergantian musim dan menentukan musim di mana tumbuhan menghasilkan bunga dan buah. Tidak ada yang mengatur kejadian-kejadian ini apakah manusia, dewa, atau Tuhan, kecuali hukum utu-niyama ini.

Bija-niyama
Bija berarti "benih" di mana tumbuhan tumbuh dan berkembang darinya dalam berbagai bentuk.
Dari pandangan filosofi, hukum pembenihan hanyalah bentuk lain dari hukum energi. Dengan demikian pengatur perkembangan dan pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan hukum energi yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan dan disebut bija-niyama.

Hukum pembenihan menentukan kecambah, tunas, batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah di mana dapat tumbuh. Dengan demikian, biji jambu tidak akan berhenti menghasilkan keturunan spesies jambu yang sama. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis tumbuhan lainnya dan tidak ada sosok pencipta yang mengaturnya.
Kamma-niyama
Perbuatan (kamma) merupakan perbuatan baik maupun buruk yang dilakukan seseorang yang disertai kehendak (cetana). Seperti yang disebutkan dalam kitab Pali: "Para bhikkhu, kehendak itulah yang Ku-sebut perbuatan. Melalui kehendaklah seseorang melakukan sesuatu dalam bentuk perbuatan, ucapan, atau pikiran" (Anguttara Nikaya, iii:415).

Di sini kehendak merupakan kemauan (tindakan mental). Dalam melakukan sesuatu, baik maupun buruk, kehendak mempertimbangkan dan memutuskan langkah-langkah yang diambil, menjadi pemimpin semua fungsi mental yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Ia menyediakan tekanan mental pada fungsi-fungsi ini terhadap objek yang diinginkan.

Dalam melaksanakan tugasnya, termasuk juga tugas-tugas semua proses mental lainnya yang terlibat, kehendak menjadi pemimpin tertinggi dalam pengertian ia memberitahukan semua sisanya. Kehendak menyebabkan semua aktivitas mental cenderung bergerak dalam satu arah.

Hukum perbuatan mengatur akibat-akibat dari suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Contoh-contoh akibat moral dari suatu perbuatan dapat dijumpai dalam berbagai sutta, misalnya dalam Majjhima-Nikaya, Cula-Kamma-Vibhanga-Sutta: "Akibat dari membunuh menyebabkan umur pendek, dan tidak melakukan pembunuhan menyebabkan umur panjang. Iri hati menghasilkan banyak perselisihan, sedangkan kebaikan hati menghasilkan perdamaian. Kemarahan merampas kecantikan seseorang, sedangkan kesabaran menambah kecantikan diri. Kebencian menghasilkan kelemahan, sedangkan persahabatan menghasilkan kekuatan. Pencurian menghasilkan kemiskinan, sedangkan pekerjaan yang jujur menghasilkan kemakmuran. Kesombongan berakhir dengan hilangnya kehormatan, sedangkan kerendahan hati membawa kehormatan. Pergaulan dengan orang bodoh menyebabkan hilangnya kebijaksanaan, sedangkan pengetahuan merupakan hadiah dari pergaulan dengan orang bijaksana."

Di sini pernyataan "membunuh menyebabkan umur pendek" mengandung makna bahwa ketika seseorang telah membunuh sekali saja manusia atau makhluk lainnya, perbuatan ini menyediakan akibat untuk terlahir kembali dalam keadaan menderita dengan berbagai cara. Selama masa ketika ia terlahir kembali sebagai manusia, perbuatan tersebut menyebabkannya berumur pendek dalam ribuan kelahiran. Penjelasan yang sejenis juga berlaku untuk pernyataan sebab akibat yang lain di atas.

Citta-niyama

Citta berarti "ia yang berpikir" (perbuatan berpikir), yang mengandung pengertian: yang menyadari suatu objek. Juga berarti: menyelidiki atau memeriksa suatu objek. Lebih jauh lagi, citta dikatakan berbeda-beda bergantung pada berbagai bentuk pikiran atas objek. Hal ini dinyatakan dalam kitab Pali: "Para bhikkhu, Aku tidak melihat hal lain yang sangat beraneka ragam seperti pikiran (citta). Para bhikkhu, Aku tidak melihat kelompok (nikaya) lain yang sangat beraneka ragam seperti makhluk-makhluk alam rendah (binatang, burung, dan seterusnya). Makhluk-makhluk alam rendah ini hanya berbeda dalam pikiran. Namun pikiran, O para bhikkhu, lebih beraneka ragam dibandingkan makhluk-makhluk ini" (Citten'eva cittikata. Samyutta-Nikaya, iii. 152).

Pikiran menjadi lebih beraneka ragam berkaitan dengan hal-hal yang tidak baik dibandingkan dengan hal-hal yang baik sehingga dikatakan "Pikiran menyenangi hal-hal yang buruk". Oleh sebab itu, mahkluk-makhluk di alam rendah yang dibuat dan diciptakan oleh pikiran lebih beraneka ragam dibandingkan semua makhluk lainnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Dikatakan dalam kitab Pali: "O, para bhikkhu, Aku akan menyatakan bagaimana dunia berasal, dan bagaimana dunia berakhir. Apakah asal mula dunia itu, O para bhikkhu? Dikondisikan oleh mata dan objek-objek muncul kesadaran penglihatan. Ketiga hal ini disebut kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan, muncul keinginan.... Demikianlah asal mula seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Dikondisikan oleh telinga dan objek-objek... oleh hidung... oleh lidah... oleh tubuh, dan seterusnya... dikondisikan oleh indera pikiran dan benda-benda muncul kesadaran pikiran. Ketiga hal ini adalah kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan, muncul keinginan.... Demikianlah asal mula seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Inilah, O para bhikkhu, apa yang disebut asal mula dunia."

"Apakah akhir dunia itu, O para bhikkhu? Dikondisikan oleh mata dan objek-objek muncul kesadaran pikiran. Ketiga hal ini disebut kontak. Karena kontak, muncul perasaan; karena perasaan.... Karena keinginan sepenuhnya berakhir, ketamakan berakhir; karena ketamakan berakhir, kemenjadian berakhir. Demikianlah akhir dari seluruh tubuh yang berpenyakitan ini. Demikian halnya juga berhubungan dengan telinga dan alat indera lainnya. Inilah, O para bhikkhu, apa yang disebut akhir dunia" (Samyutta-Nikaya, iv 87).
Di sini ungkapan "dikondisikan oleh mata dan objek-objek muncul kesadaran mata, dan seterusnya" menunjukkan bahwa di dunia ini kesadaran dan proses pikiran orang-orang secara umum berbeda-beda dari momen ke momen dan menjadi sebab kelahiran kembali mereka dalam bentuk-bentuk yang berbeda dalam kehidupan berikutnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bentuk-bentuk yang berbeda pada kehidupan yang akan datang dibuat dan diciptakan oleh pikiran pada kehidupan sekarang. Karena perbedaan kesadaran, persepsi juga berbeda. Karena perbedaan persepsi, keinginan berbeda, dan karena hal ini berbeda, maka perbuatan (kamma) berbeda. Beberapa orang juga berpendapat bahwa karena kamma berbeda, kelahiran kembali di alam binatang beraneka ragam.

Hukum psikis mengatur tentang pikiran atau kesadaran yang berbeda-beda dalam fungsi dan kejadian. Ini diulas dalam kitab Patthana pada bab "Hubungan yang Berurutan".  

Dhamma-niyama
Dhamma adalah sesuatu yang menghasilkan (dhareti) sifat dasarnya sendiri, yaitu kekerasannya sendiri ketika disentuh, sifat khusus sekaligus sifat universalnya adalah berkembang, melapuk, hancur, dan seterusnya. Dhamma yang dikategorikan dalam hubungan sebab "menghasilkan" fungsi hubungan sebab tersebut, dan yang dikategorikan dalam hubungan akibat "menghasilkan" fungsi akibat atau hasil. Pengertian ini meliputi semua Dhamma yang dibahas dalam Suttanta dan Abhidhamma Pitaka. Ini juga meliputi hal-hal yang disebutkan dalam Vinaya Pitaka dengan nama "tubuh aturan" (silakkhandha).

Di antara sutta-sutta, keseluruhan Mahanidana-Suttanta dan Nidana-samyutta membahas tentang Dhamma-niyama. Dalam salah satu sutta disebutkan: "Karena kebodohan muncul kamma: sekarang, O para bhikkhu, apakah para Tathagata muncul atau tidak, unsur (dhatu) ini ada, yaitu pembentukan Dhamma sebagai akibat, ketetapan Dhamma sebagai akibat (Dhammatthitata Dhammaniyamata). Karena kamma... (dan seterusnya seperti pada hubungan sebab akibat yang saling bergantungan)" (Samyutta-Nikaya, ii. 25). Ia juga disinggung dalam ungkapan: "Semua hal yang berkondisi (sankhara) adalah tidak kekal, penuh dengan penderitaan, dan tanpa aku."

Dalam beberapa teks, niyama ini disebut Dhammata: "Sesuai dengan Dhammata (hukum), para bhikkhu, bahwa ketika seorang Bodhisatta turun dari surga Tusita, memasuki rahim ibunya, cahaya yang sangat cemerlang muncul di seluruh dunia, termasuk dunia para dewa dan brahma... dan seribu sistem dunia berguncang...." (Digha-Nikaya, ii. 12).

Sifat Dhamma-niyama dapat diringkas dalam rumusan: "Ketika itu ada, ini ada. Dari kemunculan itu maka ini muncul. Ketika itu tidak ada, ini tidak ada. Ketika itu berakhir, maka ini berakhir" atau dalam pernyataan: "Inilah, para bhikkhu, tiga sifat khas dari hal yang berkondisi: dapat dipahami perkembangannya, dapat dipahami kelapukannya, dapat dipahami perubahannya ketika ia masih bertahan. Inilah, para bhikkhu, tiga sifat khas dari hal yang tidak berkondisi: perkembangannya tidak dapat dipahami, kelapukannya tidak dapat dipahami, perubahan dan durasinya tidak dapat dipahami" (Anguttara-Nikaya, i 152).

Dhamma-niyama merupakan keseluruhan sistem yang mengatur alam semesta. Empat niyama lainnya merupakan hukum alam yang spesifik yang mengkhususkan pada aspek tertentu dari alam semesta. Jadi, hukum alam apa pun yang tidak termasuk dalam keempat niyama yang pertama dikategorikan sebagai Dhamma-niyama.

Di sini kata Dhamma menunjuk pada semua hal mental maupun materi. Oleh sebab itu, bija, kamma, dan citta merupakan Dhamma, dan ia mengandung semua hal tersebut. Namun dalam klasifikasi niyama, nama-nama individual digunakan untuk keempat hal pertama untuk mengkhususkan dan membedakannya dari hal-hal lain, baik mental maupun materi, yang digolongkan di bawah nama umum "Dhamma". Karena alasan ini Dhamma-niyama tidak digunakan dalam penerapannya yang sepenuhnya, tetapi dibatasi pada hal-hal yang tidak termasuk keempat hal pertama. Ketika dibutuhkan untuk menggunakan utu sebagai niyama, seseorang tidak seharusnya menyebutnya Dhamma-niyama walaupun utu termasuk Dhamma, tetapi harus menggunakan nama individual yang sesuai dan menyebutnya sebagai utu-niyama. 
2. Niyama dan Konsep Penciptaan
Dengan mempelajari dan memahami lima niyama ini, seseorang dapat sampai pada kesimpulan: "Tidak ada penguasa dunia ini, tidak ada pencipta yang menciptakan alam semesta, melainkan hukum tertib kosmis yang berunsur lima. Semua adalah hasil dari sebab dan akibat yang muncul dan lenyap setiap saat. Tidak ada yang berdiam di dunia yang bersifat sementara ini, oleh sebab itu tidak ada ketenangan abadi yang dapat ditemukan, tetapi pada sisi lain, dapat ditemukan pada dunia yang selalu berubah ini di mana tidak ada kemenjadian (jati) melalui ketiadaan sebab. Dan untuk mencapai tempat tersebut di mana ketenangan abadi berada kita harus menapaki Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menghubungkan dunia ini menuju jalan keluar. Ketika kita mendekati Nibbana, kita secepat mungkin menarik pijakan terakhir kita dari dunia ini, maka kita seketika naik menuju lokuttara-bhumi, kedamaian Nibbana."

Terdapat dua jenis konsep penciptaan di dunia ini, yaitu issara-kutta dan brahma-kutta. Konsep penciptaan di mana orang-orang mempercayai adanya penguasa tertinggi seluruh alam semesta yang selamanya tinggal di surga dan menciptakan segalanya disebut issara-kutta atau issara-nimmana (diciptakan oleh issara/isvara atau Tuhan). Konsep di mana orang-orang mempercayai adanya brahma yang selamanya tinggal di surga yang menciptakan segalanya dan menguasai seluruh alam semesta disebut brahma-kutta. Di sini issara atau brahma hanya berbeda dalam istilah, namun keduanya menunjuk pada sosok penguasa dunia dan pencipta yang sama. Brahma merupakan nama yang dipakai oleh kaum brahmana dan telah menjadi gagasan umum yang diterima di alam manusia, dewa, dan brahma sejak awal dunia, sedangkan issara bukan gagasan yang umum melainkan adopsi imaginatif yang dibuat oleh mereka yang gagal mendapatkan pengetahuan tentang asal mula dunia dan sebab pertama segala hal dalam kehidupan. Untuk menghilangkan pandangan salah ini, para komentator kitab suci Tipitaka memaparkan hukum tertib kosmis ini.

Mahabrahma dapat menyinari lebih dari ribuan sistem dunia dengan pancaran cahayanya yang cemerlang. Ia dapat melihat segala sesuatu dalam dunia-dunia tersebut, mendengarkan suara-suara, pergi ke tempat mana pun dan kembali sekehendak hatinya dalam seketika, dan membaca pikiran para manusia dan dewa. Berhubungan dengan kekuatan menciptakan dan mengubah sesuatu, mahabrahma dapat menciptakan atau mengubah tubuhnya sendiri atau objek eksternal apa pun menjadi berbagai bentuk. Namun ini hanya bagaikan pertunjukan sulap di mana ketika ia menarik kembali kekuatannya, semuanya akan lenyap. Kenyataanya, ia tidak dapat menciptakan mahkluk hidup dan benda yang sesungguhnya, bahkan kutu atau telurnya sekalipun. Dalam menciptakan taman dan pepohonan dengan kekuatan batinnya, ia dapat menciptakan dan memperlihatkannya secara sementara, tidak substansial, tidak nyata, meniru dan menyerupai hal-hal yang diinginkan. Ia tidak dapat menciptakan sebuah pohon bahkan sehelai rumput sekalipun. Hal ini disebabkan karena kemunculan suatu fenomena, kemunculan suatu makhluk hidup, atau pertumbuhan tanaman bukan dalam jangkauan kekuatan batin, tetapi dalam jangkauan hukum kosmis, seperti Dhamma-niyama, kamma-niyama, dan bija-niyama. Benda-benda yang diciptakannya hanya bertahan ketika iddhi (kekuatan batin) sedang berperan dan akan lenyap segera setelah iddhi ditarik. Terjadinya musim panas, hujan, dan dingin merupakan proses alamiah dari hukum cuaca dan bukan kendali iddhi.

Mahabrahma dapat memindahkan ribuan manusia dalam kehidupan sekarang ke surga jika ia menginginkannya, tetapi ia tidak dapat membuat mereka tidak mengalami usia tua dan kematian, bahkan ia tidak dapat menghalangi dan menyelamatkan mereka dari kelahiran kembali di alam yang menderita. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur materi dan mental yang menyusun pribadi manusia berada dalam pengaruh hukum alam (Dhamma-niyama) dari kelahiran, usia tua, dan kematian. Ia tidak dapat membuat manusia atau makhluk mana pun terlahir kembali di surga setelah mereka meninggal karena lahirnya kehidupan baru di alam yang baru setelah kematian bukan dalam lingkungan kendali iddhi melainkan dalam kendali kamma-niyama. Di dunia ini orang yang membunuh dan memakan unggas dan selalu mabuk minuman keras pasti jatuh ke alam yang menderita setelah kematian walaupun setiap hari rajin berdoa dan mengunjungi tempat ibadah. Mahabrahma atau Tuhan tidak dapat menyelamatkannya bagaimana pun, karena ini berada dalam jangkauan kamma-niyama dan bukan jangkauan iddhi. Sebaliknya, siapa pun yang tidak mempercayai konsep issara-kutta dan brahma-kutta, yang menyakini hukum kamma dan menjauhi perbuatan buruk dan selalu mengembangkan perbuatan baik, pasti naik ke alam yang bahagia setelah kematiannya. Mahabrahma tidak dapat mencegahnya datang ke surga, karena pengaruh iddhi tidak dapat menolak jalannya hukum moral. Mahabrahma tidak dapat mempertahankan dan menyelamatkan bahkan dirinya sendiri dari kejatuhan ke alam rendah.

Terdapat beberapa orang yang berpikir bahwa hanya ada satu dunia dan tidak mempercayai bahwa ada banyak siklus dunia pada masa lampau dan sejumlah tak terhingga dunia akan mengikuti dunia yang sekarang pada masa yang akan datang. Mereka mempercayai bahwa dunia yang sekarang memiliki awal dan akhir. Dalam mencari sebab pertama permulaan dunia, mereka gagal. Namun, dengan merenungkan tentang rumah dan bangunan dengan perancang dan pembangunnya, mereka sampai pada kesimpulan bahwa dunia ini pasti memiliki penciptanya dan ia pastilah sang pencipta, mahabrahma, atau Tuhan. Pada sisi lain, agama Buddha mengajarkan bahwa banyak siklus dunia telah terbentuk di masa lampau dan banyak lagi yang lain akan mengikuti siklus dunia yang sekarang secara bergantian. Ia juga mengajarkan bahwa dunia memiliki awal dan akhir serta terdapat sebab yang disebut hukum alam atas pembentukan dan kehancuran setiap dunia, dan hukum alam ini ada selamanya dan terus berjalan dalam ruang waktu yang tak terhingga. Oleh sebab itu umat Buddha seharusnya tidak menganut pandangan salah tentang penciptaan baik issara-kutta ataupun brahma-kutta.  

3. Kesimpulan
Segala fenomena yang terjadi di alam semesta ini (31 alam kehidupan) baik yang bersifat fisik maupun batiniah dikendalikan oleh hukum kosmis (niyama) yang terdiri atas lima kategori:
a. Hukum energi (utu-niyama) yang mengatur proses pembentukan dan kehancuran dunia serta pergantian musim dan perubahan cuaca.
b. Hukum pembenihan (bija-niyama) yang mengatur proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sejak dari benih hingga menghasilkan buah.
c. Hukum perbuatan (kamma-niyama) yang mengatur hasil dari suatu perbuatan yang dilakukan suatu individu.
d. Hukum psikis (citta-niyama) yang mengatur tentang pikiran dan kesadaran makhluk-makhluk.
e. Hukum Dhamma (Dhamma-niyama) yang mengatur segala suatu yang tidak termasuk dalam empat kategori di atas, termasuk hubungan sebab-akibat dan hukum kesunyataan yang diajarkan Sang Buddha serta kejadian-kejadian ajaib saat kelahiran terakhir Bodhisatta ke dunia.

Dengan memahami bahwa semua hal yang terjadi di dunia ini semata-mata hasil dari proses hukum kosmis, kita diharapkan dapat meninggalkan konsep yang salah tentang penciptaan bahwa dunia ini diciptakan oleh sosok pencipta yang disebut brahma, Tuhan, atau apa pun sebutannya. Mahabrahma yang umum dianggap orang sebagai sang pencipta dengan kekuatan batinnya tidak dapat mengubah jalannya hukum alam walaupun yang berkenaan dengan dirinya sendiri. Hal ini membuktikan tidak adanya sosok pencipta tunggal yang berada di balik semua fenomena di alam semesta ini.

Namun demikian, ini bukan berarti agama Buddha tidak meyakini adanya Tuhan. Ini menyatakan bahwa agama Buddha tidak mempercayai bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh sosok adikuasa yang disebut Tuhan. Agama Buddha juga mengajarkan bahwa keselamatan bergantung pada diri sendiri, bukan diperoleh dari pertolongan Tuhan. Konsep Ketuhanan dalam agama Buddha tidak seperti dalam kebanyakan agama lainnya yang menggambarkan Tuhan sebagai sosok pribadi yang maha kuasa. Ketuhanan dalam agama Buddha bersifat non-personfikasi (tidak diwujudkan dalam suatu pribadi), Yang Mutlak, Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjadi, dan Yang Tidak Tercipta seperti yang diungkapkan dalam Udana, viii. 3. Mengenai konsep Ketuhanan dalam agama Buddha ini dapat dibaca lebih lanjut dalam artikel "Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Agama Buddha" oleh Cornelis Wowor, M. A.

Sumber: The Niyama-Dipani: The Manual of Cosmic Order (THE NIYAMA DIPANI / ledinyma.htm)
Read More...

BENCANA ALAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA


BENCANA ALAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA

Seperti kita ketahui bersama “Indonesia menangis” karena datangnya bencana yang luar biasa yang menimpa saudara-saudara kita di Aceh dan Sumatra Utara. Seperti halnya  waktu yang tidak mungkin berbalik kembali, demikian juga apapun alasannya bencana telah terjadi. Sesuatu yang tidak bisa dibantah dan ditolak. Setelah peristiwa terjadi yang ada hanyalah kenangan dan penderitaan, dibalik semua itu ada sebuah pertanyaan: mengapa hal itu terjadi?

Banyak kemungkinan untuk menjawab pertanyaan itu dan semuanya bergantung dari sudut pandang serta disiplin ilmu masing-masing. Dari kalangan religius umumnya akan menjawab bahwa itu adalah cobaan bagi manusia dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Dari sudut ilmu pengetahuan hal itu merupakan peristiwa alam yang alamiah. Bagaimana Buddhisme memandang semua ini?  

Ajaran Buddha berpokok pangkal pada empat kesunyataan mulia yang pada intinya adalah ajaran tentang apa itu dukkha dan cara mengatasinya. Untuk dapat memahami hal ini Buddha menjabarkan lebih lanjut ke dalam pokok-pokok ajaran seperti ajaran tentang Karma dan Punarbhava, Tilakkhana, Paticcasamuppada, dan lain-lain.

Pertama-tama kita akan memahami peristiwa bencana Aceh dari ajaran Buddha tentang apakah itu dukkha dan cara mengatasinya. Secara umum bencana adalah satu bentuk dukkha. Buddha menjelaskan bahwa dukkha adalah harus dipahami, setelah dipahami dan dimengerti maka hal itu harus diterima sebagai kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena telah terjadi.

Artinya bagaimanapun kita berkeras menolaknya dan mencari alasan pembenaran tidak akan berguna. Memamg sulit dan luar biasa sulit untuk mampu mamahami dan menerima hal itu sebagai kebenaran yang telah terjadi, tetapi itu adalah yang terbaik, karena dengan mampu memahami dan menerima memberi dorongan kekuatan untuk menjalani kehidupan yang masih tersisa. Dengan menerima kenyataan itu seseorang juga dapat berbuat yang lebih bermanfaat bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Bila terpaku pada peristiwa yang sudah lewat sedangkan kita tak dapat membalikkannya maka kita cenderung akan frustasi dan tidak dapat berbuat apapun yang berguna. Sedih dan kecewa adalah manusiawi tetapi tenggelam dalam sedih dan duka akan melemahkan mental dan kemampuan kita.

Setelah mampu memahami dukkha, maka kita akan dapat menemukan sebab dukkha. Buddha menjelaskan bahwa sebab dukkha adalah tanha atau keinginan, dan keinginan adalah cetana atau niat, dan niat adalah karma atau perbuatan itu sendiri. Dengan demikian segala bentuk dukkha baik itu dalam bentuk bencana alam, kecewa, kecelakaan, kerusuhan dan lain-lain pasti berhubungan dengan karma atau perbuatan manusia. Namun demikian tidak semua karena karma atau perbuatan manusia, karena ada faktor-faktor lain yang terlibat seperti proses alam (hukum kimia fisika) dan lain-lain.

Jika karma, karma yang bagaimanakah sehingga mengakibatkan peristiwa bencana yang maha dashyat itu? Jawaban yang pasti tidak dapat diketahui, tetapi jawaban juga dapat diketahui dari akibat yang ditimbulkan. Artinya jika akibatnya luar biasa dahsyat dengan demikian juga dapat diduga bahwa sebabnya juga luar biasa dahsyat (Garuka Karma).   

Jika peristiwanya menimpa begitu banyak jiwa dari berbagai suku bangsa dan agama, dengan demikian juga dapat diduga bahwa karma dahsyat itu dilakukan oleh banyak suku bangsa dan agama atau karma buruk kolektif. Namun demikian diantara dahsyatnya karma buruk yang dilakukan secara kolektif masih ada orang yang tidak turut serta melakukan karma buruk tersebut sehingga ia selamat dari bencana kolektif tersebut.

Tentu saja karma ini bukan hanya karma (perbuatan) orang-orang itu pada masa kini saja tetapi telah melalui ribuan bahkan jutaan kali kehidupan yang telah lampau. Jika kita lihat kecenderungan kehidupan dunia ini memang cenderung banyak terjadi karma buruk yang berat dimana-mana. Kejahatan semakin canggih dan luar biasa, membunuh orang seperti membunuh lalat, mencuri seperti halnya punya pribadi, alam dieksploitasi tanpa belas kasihan. Lobha, dosa, moha berkembang dimana-mana.

Dari sudut ajaran Buddha tentang Tilakkhana, maka hal itu dapat dilihat bahwa segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang kekal abadi, semuanya terus berubah (anicca) karena itu menimbulkan ketidakpuasan (dukkha). Semuanya berubah tanpa inti (Anatta). Segalanya terjadi karena faktor-faktor yang saling berkaitan (inter be). Bumi ini terus berproses (Anicca), dalam perubahan itu akan menimbulkan dampak baik dan buruk kepada apapun yang hidup di bumi ini. Disamping proses perubahan bumi yang alami tadi, ada faktor ulah manusia di dalamnya. Jika manusia tidak bersahabat dengan bumi maka proses perubahan atau seleksi alam semakin cepat terjadi. Namun demikian apapun alasannya perubahan tidak dapat ditolak oleh siapapun, jika seseorang dapat memahami perubahan ini dengan benar maka dia akan bersikap yang positif demikian juga sebaliknya.

Dengan melihat bahwa segala sesuatunya saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling menjadikan, dan selalu berkaitan dengan yang lain, maka bagaimanapun semuanya berpaling kepada perbuatan (karma) masing-masing. Buddha menyatakan “Kammasaka, Kammadayada, Kammayoni, Kammabhandu, Kammapatisarana, Yang Kammang Karissanti, Kalyanang Va Papakang Va, Tassa Dayada Bhavisanti”. Yaitu bahwa kondisi kehidupan pribadi maupun kolektif manusia bahkan semua makhluk memiliki karmanya sendiri, mewarisi karmanya sendiri, lahir dari karmanya sendiri, berhubungan dengan karmanya sendiri, terlindung oleh karmanya sendiri, apapun karma yang telah diperbuatnya baik atau buruk itulah yang akan diwarisinya. Bila bukan bagiannya (karmanya berbuah) bencana apapun atau perubahan buruk apapun tidak akan menimpanya. Dan satu prinsip yang tidak dapat ditawar adalah bila akibatnya buruk pasti sebabnya buruk yang kita lakukan, bila akibatnya baik maka baik pula sebab yang kita lakukan. Karena itu kebajikan akan melindungi siapapun yang memilikinya baik di dunia ini maupun di dunia berikutnya.

Buddhisme memandang hal itu bukanlah percobaan yang diberikan oleh Tuhan, bukan juga karena Tuhan sedang murka karena kekecewaannya, peristiwa itu merupakan bagian dari rangkaian sebab akibat yang saling bergantungan, saling menjadikan, saling mempengaruhi (paticcasamuppada). Banyak faktor yang menimbulkan suatu peristiwa terjadi, karena memang tidak ada satupun di dunia ini yang terjadi karena satu faktor sebab, demikian juga peristiwa ini yang salah satunya adalah faktor perbuatan manusia (karma).

Semoga semua makhluk berbahagia. Sadhu, sadhu, sadhu... 

****
Read More...

Kamis, 31 Mei 2012

KHASIAT DAN MANFAAT SIRIH MERAH


Daun sirih merah telah berabad-abad dikenal oleh nenek moyang kita sebagai tanaman obat berkhasiat. Sirih merah telah digunakan oleh masyarakat Indonesia khususnya mayarakat jawa pada jaman dahulu. Tidak hanya dikenal sebagai tumbuhan obat, tanaman ini juga punya tempat istimewa dalam acara-acara adat disejumlah daerah di Indonesia. Sirih merah atau dalam bahasa ilmiah “Piper Crocatum (Piper Betle L.Var Rubrum)”, merupakan salah satu dari jenis tanaman sirih piper betle yang merupakan tanaman merambat dengan bentuk daun seperti hati berwarna merah.
Manfaat sirih merah bukan hanya sebagai “tanaman obat” untuk menyembuhkan berbagai penyakit, melainkan di manfaatkan juga sebagai “Uborampe” dalam upacara-upacara adat dan juga sebagai alat kometik kecantikan wanita-wanita jawa tempo dulu. Di lampung, ada tarian bernama “penggung cambai”. Penggung artinya pegang, sedangkan cambia artinya sirih. Tarian ini menggambarklan tata pergaulan muda-mudi yang menjunjung tinggi adat istiadat. Daun sirih dalam tarian ini melambangkan rasa hormat.

ZAT ANTI SEPTIK TINGGI
Secara tradisional, tanaman yang berasal dari India, Sri Lanka, dan Malaysia ini digunakan untuk mengatasi bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal dan koreng. Ini karena tanaman yang dikenal sejak tahun 600SM ini mengandung zat anti septic yang mampu membunuh kuman. Kandungan fenol dalam sifat antiseptiknya lima kali lebih efektif di bandingkan dengan fenol biasa. Dalam farmakologi china, sirih sikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas.
Secara tradisional merka menggunakan daun sirih untuk meluruhkan kentut, menghentikan batuk, mengurangi peradangan, dan menghilkangkan gatal. Pada pengobatan tradisoanal India, daun sirih dikenal sebagi zat aromatic yang menghangatkan, bersifat antiseptic, dan bahkan meningkatkan gairah seks. Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka karena mengandung anti septic untuk menahan pendarahan dan vulnerary, yang menyembuhkan luka pada kulit. Juga bisa dikunyah untuk memperbaiki kwalitas suara pada penyanyi.

Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat pada sirih merah diantaranya adalah Flavonoid, polivenol, alkaloid, tannin, minyak astsiri, saponin, hidrocsikaficol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvokrol, eugenol,  pecymene, cineole, coryofelen, kadimen, ekstragol, terpenana, dan fenilpropoda.

Khasiat dan Manfaat Sirih Merah
Senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam sirih merah memiliki khasiat sebagai berikut :   
  1. Senyawa Flavonoid dan polivenol berfungsi sebagai antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiseptik dan antiflamatik.
  2. Senyawa olkoloid pada sirih merah juga dapat di manfaatkan sebagai penghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
  3. Suatu penelitian yang dilakukan dengan media tikus putih membuktikan bahwa rebusan daun sirih merah yang diberikan kepada tikus putih yang telah terkena diabetes dapat menurunkan kadar gula dalam darah pada tikus putih tersebut. Ini membuktikan bahwa sirih merah dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula dalam darah dan mengontrol kadar gula darah dalam tubuh penderita diabetes militus yang di konsumsi secara rutin, berkhasiat sebagai penyembuh sakit diabetes.
  4. Untuk penyembuhan penyakit-penyakit, seperti : Hipertensi, hepatitis (radang liver), radang prostat, radang mata, maag, kanker payudara, kanker rahim, jantung koroner, tubercolusis (TBC), ambeien (wasir), penyakit ginjal, nyeri sendi, dan juga dapat dimanfaatkan sebagai penjaga stamina.
  5.  Dari hasil penelitian sebagaimana dikutip oleh buku tnaman obat terbitan Kebun Tanaman Obat Karyasari, di ungkapkan bahwa sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman. Zat ini berguna untuk merangsang syaraf pusat dan daya pikir, meningkatkan pergerakan peristaltic, meredakan dengkuran. Pada daun terkandung eugenol yang mampu mencegah ejakulasi dini, membasmi jamur Candida albicans, dan bersifat analgesic (neredakan rasa nyueri). Ada juga kandungan tannin pada daunya yang bermanfaat mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah diare.
  6. Kandungan tannin berfungsi sebagai penyembuh penyakit perut khususnya diare dan juga dapat digunakan sebagai obat antiseptic pada luka.
  7.  Air rebusannya yang mengandung antiseptik digunakan untuk kumur guna menjaga kesehatan rongga mulut, dan bau tak sedap.
  8. Daunnya banyajk digunakan untuk mengobati mimisan, mata merah, keputihan, membuat suara nyaring dan banyak lagi, termasuk disfungsi ereksi.
  9. Jika di buat teh herbal bisa mengobati asam urat, maag, atau kelelahan.
  10. Kandungan karvakol pada daun sirih merah bermanfaat sebagai disinfektan dan anti jamur, sehingga berfungsi sebagai obat kumur dan penghalus kulit
 Obat keputihan
Khasiat daun sirih dalam menghilangkan keputihan sudah di uji secara klinis. Ini diungkapkan oleh Amir Syarif dari bagian Farmakologi Universitas Indonesia. Ia mengatakan bahwa daun sirih mempunyai khasiat yang lebih bermakna dibandingkan dengan Plasebo. Pengujian melibatkan 40 pasien penderita keputihan yang sedang tidak hamil, menderita diabetes mellitus, ataupun penyakit hati dan ginjal. Dua puluh diantaranya mendapatkan daun sirih, sedang sisanya diberi placebo.baik daun sirih maupun placebo itu di berikan pada vegina sebelum pasien tidur selama tujuh hari.
Dari 40 pasien tersebut, 22 orang mendapat pemerikasaan ulang, masing-masing 11 mendapat placebo dan daun sirih. Hasil pengujian ini membuktikan sekitar 90,9% pasien yang mendapat daun sirih dinyatakan sembuh sedangkan pad akelompok yang diberikan placebo hanya 54,5% saja yang sembuh. Penelitian lain tentang daun sirih dilakukan juga di IPB Bogor. Ir.NuriAndarwulan, M.si dan kawan-kawan dari fakultas Teknologi Pertanian IPB melakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah minyak asiri daun sirih untuk memproduksi zat antioksidan. Ekstrak antioksidan tersebut selama ini masih diimpor. Penelitian ini berpotenbsi menurunkan impor bahan antioksidan. Disamping itu, produk emulsi yang dihasilkan dalam penelitian itu juga dapat di manfaatkan untuk industri kecantikan.
 
Tiada Efek Samping
Selama penggunaan sirih merah sebagai obat belum ada informasi yang berkaitan dengan efeksamping mengkonsumsi makanan ini sebagai obat, akan tetapi untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, sirih merah tidak dianjurkan untuk di konsumsi oleh wanita yang sedang hamil, menyusui, dan anak-anak di bawah umur 7 tahun.

Ramuan Tradisional Sirih Merah
Berikut ini adalah contoh pengolahan sirih merah sebagai obat :
1.    Rebusan sirih merah
Caranya ambil 3-5 lembar daun sirih merah segar (tanaman yang berumur 4-5 bulan) segera dicuci dan direbus dengan dua gelas air masak sampai mendidih sampai airnya menyusut menjadi 1 gelas. Air rebusan tersebut kemudian didinginkan dan diminum sehari sebanyak 2-3 kali sebelum makan. Apabila tidak tahan dengan rasanya yang pahit getir makan dapat di campur dengan madu secukupnya atau pemanis lainnya tapi dengan takaran yang sesuai. Bagi penderita penyakit berat dianjurkan meminum ramuan ini selama dua minggu berturut-turut. 

2.    Teh Sirih Merah
Bagi orang yang tidak sempat membuat rebusan sirih merah maka ada cara praktis untuk mengkjonsumsi daun sirih merah yaitu dengan cara mengkonsumsi ekstrak sirih merah dengan di keringkan dan dibuat sebagi teh seduhan atau daun segar yang dicuci dan di rendam dalam air panas 1 gelas dan didiamkan sampai minuman dingin lalu dapat di konsumsi dengan aman.
Cara lain pengolahannya adalah sebagai berikut : Daun sirih merah yang cukup tua di cuci bersih, diiris kecil-kecil, dijemur sampai kering, kemudian diremas-remas dengan tangan sampai hancur (menjadi bubuk kasar). Agar rasanya lebih segar, bisa ditambahkan the hijau dan bunga melati kering. Selanjutnya, bubuk daun tersebut dimasukan dalam kantong teh celup. Pemakaiannya sama dengan teh celup pada umumnya, yakni di seduh dan diminum selagi hangat.
 
Budidaya Sirih Merah
Sirih merah juga dapat di budidayakan karena tnaman ini berbilai ekonomis sangat tinggi, hanya 4-5 lembar daun sirih merah yang mencapi harga 7-15 ribu rupiah sehingga dapat dighunakan sebagai mata pencaharian. Tanaman sirih merah tergolong langka karena tidak tumbuh disembarang tempat atau daerah. Sirih merah tidak dapat tumbuh secara subur di daerah panas. Sementara itu, ditempat berhawa dingin atau sejuk, sirih merah dapat tumbuh dengan baik, atau tanaman sirih merah lebih suka tumbuh di tempat teduh, misalnya dibawah pohon besar yang rindang. Tanaman ini hanya butuh 60-75% cahaya matahari.
Dengan tumbuh ditempat teduh, daunnya akan rindang. Warna merah marunnya yang cantik akan terlihat bila daunnya dibalik. Batang pun tumbuh gemuk. Tanaman sirih merah memerlukan siraman air secukupnya, bila terlalu banyak kena air batang dan akarnya akan membusuk. Pada musim hujan banyak tanaman sirih merah yang mati akibat batanganya membusuk dan daunnya rontok. Oleh karena itu, perlu perhatian dan perawatan khusus dalam upaya menjaga syarat tumbuh kembangnya tnaman sirih merah. Akhir-akhir ini karena mengetahui manfaat dan khasiat sirih merah yang begitu besar, banyak orang mengoleksi tanaman sirh merah, tetapi sayangnya banyak yang tidak mengerti perawatan tumbuh kembangnya tanaman sirih merah sehingga banyak yang, mati.

Musuh Utama Tanaman Sirih Merah
Musuh utama sirih merah adalah keong, bekicot kecil, tikus dan semut. Kalau daunnya akan dijadikan obat atau teh, hendaknya jangan menggunakan pestisida untuk menghalau hama. Yang jelas, hama tersebut harus segera dibuang. Saat menyirampun tidak boleh sembarangan memakai air, misalnya air kali. Karena banyak mengandung binatang kecil yang dapat merusak tanaman.
Read More...

What do you should know about SEMANGKA

    Semangka bukan hanya enak di makan, tetapi mengandung banyak manfaat bagi kita. Makanya, putuskan untuk mengkonsumsi semangka setiap hari ya…! Buah yang umumnya berbentuk bulat dan besar ini ternyata banyak sekali manfaatnya bagi kita. Nah, ingin tau apa saja manfaatnya? Mari kita lihat bersama.
A.      Biji semangka untuk makanan cemilan
Cemilan kuaci yang sering kita makan disaat iseng, ternyata bukan berasal dari biji bunga matahari, melainkan dari biji semangka. Siapa bilang kita tidak bisa membuat kuaci sendiri? Begini caranya: pertama, kita harus mengumpulkan biji-biji buah semangka, kemudian biji tersebut kita jemur dan sangrai. Usai di sangrai, diamkan biji semangka ini sampai dingin. Kalau sudah dingin, baru di rendam dengan air garam satu hari penuh, setelah itu jemur kembali di bawah sinar matahari mulai jam 11 siang. Memasuki sore hari, barulah di angkat dan kuaci made by myself siap menikmati untuk cemilan dirumah.
B.      Kulit dan dagingnya untuk kesehatan
Karena kulit dan dagingnya mengandung antosianin, maka semangka berkasiat untuk menyejukan tubuh, peluruh air seni, anti radang, pelumas usus, serta pelepas dahaga. Dalam pengobatan tradisional cina, semangka digunakan untuk menangkal berbagai macam gejala penyakit seperti diare, darah tinggi, kencing batu, dan panas tubuh yang tinggi.
Kelebihan lain dari semangka ini adalah meningkatkamn jumlah sperma, mengurangi resiko terkena kanker prostat, memperlancar kerja jantung, membantu sel-sel tubuh dan ginjal agar tetap sehat, menghancurkan batu ginjal, menghambat kepikunan dan mencegah sariawan.
C.      Semangka digunakan untuk berdiet
Buah semangka banyak mengandung serat, air serta nutrisi yang dapat membuat kita merasa kenyang. Maka tak heran para dokter merekomendasikannya sebagai bahan makanan yang paling manjur untuk membantu mnurunkan berat badan. Tetapi tentu saja, konsumsi buah ini perlu di rekomendasikan dengan makanan lain untuk diet.
 D.      Semangka untuk kecantikan
Semangka memiliki kekuatan likopen sehingga mampu memerangi radikal bebas jauh seperti polusi yang dapat mengakibatkan kulit tubuh menjadi kering, tidak bercahaya dan kendur. Pakar kecantikan menyatakan bahawa semangka dapat dikonsumsi agar kulit dapat menjadi lebih segar, tampak bercahaya, serta menjadikan manusia awet muda.
Mengenai pola makannya, para ahli menyarankan semangka di konsumsi sebagai makanan penutup pada saat sarapan, makan siang, dan makan malam.
E.       Khasiat jus semangka
Sering mengkonsumsi daging, gorengan, manisan, kopi dan minuman ringan membuat darah kita banyak mengandung zat asam. Akibatnya, timbul bintik-bintik merah pada kulit. Nah, pada saat itu, peran jus semangka sangat di perlukan sekali. Pasalnya kandungan jus semangka dapat merontokan zat asam yang terdapat dalam darah.
Bagi penderita diabetes, mengkonsumsi jus semangka dengan teratur dapat menjaga kadar gula dalam dara. Dengan meminum jus semangka dua kali sehari secara teratur, kita juga dapat terhindar dari penyakit arthritis, encok dan juga keracunan urea.
Selain manfaat yang telah disebutkan tadi, jus semangka memiliki  kelebihan lainnya seperti menyerap protein, karbohidrat, asam lemak, vitamin, dan mineral dengan sangat mudah. Mau lebih lagi? Semangka juga bisa berguna untuk mencegah kanker, menyerap zat gizi dalam makanan, menetralkan kanker dan mengurangi resiko bayi lahir cacat pada ibu hamil.
F.       Hati-hatilah belanja buah semangka
Akhir-akhir ini banyaik semangka yang di jual di pasar dan di pinggir jalan, di suntik dengan zat pewarna merah atau warna-warna lain mengikuti warna asli semangka tersebut, pplus di ubah dengan zat pemanis, sehingga semangka tersebut menjadi rusak dan berbahaya bagi kesehatan apabila di konsumsi terus menerus. Untuk itu hati-hati dan waspadalah bila belanja sebuah semangka! Jangan tergiur dengan harga obral dan promosi muluk dari penjual, terutama pedagang eceran yang belum di kenal, maka sebaiknya kita beli semangka di toko langganan atau supermarket yang sudah di ketahui reputasi yang jujur dan adil, juga semua dagangannya masih fres dan berkwalitas baik. Nah, kini anda sudah tau manfaat dari semangka itu, konsumsilah semangka sesuai kebutuhan, agar tubuh tetap sehat dan awet muda.
Read More...