PRA-WACANA
Semua manusia tidak perduli apa status, profesi, ras, bahkan agama dan kebangsaannya adalah sama; ketika lahir dia dalam keadaan bugil dan polos, kemudian dewasa, akhirnya tua dan mati. Dapatlah ditarik kesimpulan bahwa siklus kehidupan manusia bagaikan “bunga”.
Ketika angin bertiup:
Daun bergoyang kuncup mengembang kelopak rekah mewangi indah,
Ketika angin bertipu:
Daun menguning kelopak melayu
Bunga bercerai dari tangkai
Gugur ke bumi terurai
Menanti musim semi yang lain.
Tidakkah timbul tanda tanya dalam benak anda? Kita ini siapa sebenarnya? Darimana dan hendak kemana? Mengapa berada disini tenggelam dalam derita? Untuk tujuan apa? Dan mengemban misi apa?
Pertanyaan gencar model tembakan beruntun senapan mesin otomatis di atas, akan anda temukan jawabannya dalam buku kecil buah tangan K.Sri Dharmananda ini. Penulis ini seperti kita ketahui memiliki gaya menulis yang khas; sederhana tetapi mendalam dan enak dibaca.
Dalam buku kecil ini, K.Sri.Dhammananda menjelaskan pada kita bagaimana cara mempergunakan kehidupan yang singkat ini dengan tepat dan benar, seperti ungkapan terkenal Chairil Anwar: “sekali berarti kemudian mati”.
Terakhir, kepada pencinta buku terbitan Arya Mitra Publication, tak lupa kami ucapkan:Selamat Membaca!
Mettacitena
Penerbit.
TUJUAN KEHIDUPAN
Oleh: K.Sri Dhammananda
Apakah yang menjadi tujuan kehidupan ini? Ini merupakan pertanyaan yang sangat biasa yang selalu ditanyakan oleh orang-orang. Tidaklah mudah memberikan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang nampaknya sederhana tetapi rumit ini. Tetapi, sekalipun beberapa orang telah memberikan jawaban-jawaban tertentu, sesuai dengan cara berpikir mereka, nampaknya jawaban-jawaban tersebut tidak memuaskan bagi para ahli (intelektual). Sebabnya ialah mereka belum belajar melihat kehidupan secara objektif dan memahami tujuan hidup sebenarnya. Mereka telah menciptakan khayalan-khayalan tentang kehidupan berdasarkan pemahaman mereka yang terbatas.
Pada waktu yang sama, kita juga makluk bahwa banyak guru-guru agama, ahli-ahli filsafat yang pandai, penyair-penyair terkenal dan pemikir-pemikir besar juga tidak puas tentang kehidupan. Bila kita membaca apa yang mereka lukiskan tentang kehidupan, akan nampak bahwa beberapa dari mereka juga tidak dapat memberikan gambaran yang terang tentang kehidupan. Beberapa mengatakan bahwa kehidupan adalah penuh dengan penderitaan; ketidakpastian dan tidak memuaskan. Ada yang mengatakan: “alangkah bagusnya bila kita tidak lahir”. Yang lainnya menanyakan: “mengapa kita dilahirkan ke dunia ini untuk menderita dengan cara ini?”
Berdasarkan ucapan-ucapan mereka, kita dapat mengerti bahwa mereka adalah orang-orang yang telah belajar melihat kehidupan secara objektif tanpa memakai pandangan luar sebagai dasar. Tetapi orang-orang awam selalu melihat kehidupan sebagaimana nampaknya dan bukan sebagaimana sebenarnya. “Kehidupan bukanlah apa yang kita pikir tetapi apa yang kita pikir menjadi kehidupan,” ini merupakan ucapan seorang pemikir besar lainnya.
Ada orang yang mengatakan bahwa tak ada tujuan khusus dalam kehidupan; tetapi dapat dipakai untuk setiap tujuan. Berdasarkan ucapan ini, ada sesuatu bagi kita untuk direnungkan dengan bijaksana, yaitu mempergunakan kehidupan untuk tujuan-tujuan yang berguna bagi diri sendiri dan kemanusiaan dan bukan memboroskannya dengan pemakaian yang jahat. Dalam cara ini, tujuan kehidupan dapat dikatakan bergantung kepada cara bagaimana kita menanganinya dan mempergunakannya. Bila kita salah gunakan dengan merusak sifat kemanusiaan kita yang baik; dengan merendahkan martabat kemanusiaan kita dan melakukan kejahatan-kejahatan dengan menurutkan kelemahan-kelemahan kemanusiaan kita, maka tidak mungkin bagi kita mencapai sesuatu yang berharga dan baik sebagai tujuan kehidupan kita.
Pada waktu yang sama, bila kita bertindak bijaksana dan waspada dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang diterima secara umum, moral dan etika, bersabar, toleransi, simpati, merendahkan diri, dan murah hati, menciptakan pengertian dan memberikan pelayanan yang tak mementingkan diri, dan melatih batin untuk mendapatkan kebijaksanaan, maka kita akan dapat mencapai sesuatu yang dapat diwujudkan dan berguna untuk melayani sebagai tujuan kehidupan kita. Mereka-mereka yang mengembangkan sifat-sifat yang demikian mulia akan mengalami kedamaian, kegembiraan, ketenangan, kepuasan dan tidak terganggu. Kehidupan jadinya akan berharga-kehidupan akan menjadi kesenangan.
SIFAT KEHIDUPAN
“kehidupan memboroskan dirinya sewaktu kita bersiap untuk hidup”, kata seorang yang terpelajar. “Sakit, ketuaan dan kesusahan adalah pembayaran yang kita buat untuk memakai badan jasmani ini sebagai rumah”, kata seorang terpelajar lainnya. “kita harus membayar harga ketakutan dan kekhawatiran untuk hidup sebagai manusia,” ini adalah ucapan-ucapan lain dari manusia yang beragama. Bila kita pertimbangkan semua pandangan ini, kita dapat mengetahui sifat kehidupan dan menilai apakah ada tujuan kehidupan.
Bila kita akan menyenangkan indera-indera kita sebagai tujuan kehidupan kita, kita harus bersedia menghadapi berbagai persoalan yang timbul dari situ. Karena tidak ada yang dapat menikmati kesenangan duniawi tanpa menghadapi persoalan-persoalan duniawi.
Sekalipun para ahli telah menemukan hal-hal yang mengherankan di alam semesta ini, tetapi mereka juga tidak dapat menemukan tujuan kehidupan. Seorang ahli yang terkenal mengatakan:
“Apakah kehidupan mempunyai tujuan?
Apa, atau dimana, atau bila
Dari angkasa luas timbul alam semesta, timbul matahari, timbul bumi, timbul kehidupan, timbul manusia, dan akan timbul lebih banyak lagi.
Tetapi sebagai tujuan;siapa punya atau darimana
Tidak ada, sudah tentu.”
Mengenal tingkah laku manusia, seorang terpelajar mengatakan: “Manusia bukanlah apa dia adanya, manusia adalah yang dia tidak.” Menurut Beliau, manusia tidak bertingkah laku sebagai “manusia” riel. Menurut Buddhisme, “manusia bukanlah suatu kesatuan benda yang bebas, yang tetap, tetapi suatu ekspresi, yang melulu ada dari satu saat kesaat lainnya berdasarkan energi. Ahli lain mengatakan: “Tidak ada obat untuk kelahiran dan kematian, kecuali menikmati waktu diantaranya.”
Kita tidak dapat memahami sifat sebenarnya dari kehidupan karena ketidaktahuan kita dan keinginan yang berlebih-lebihan. Itulah sebabnya mengapa kita menderita disini. Itulah sebabnya mengapa tak mungkin bagi kita mendapatkan apakah ada tujuan khusus kehidupan di dunia ini dan dalam bentuk ini.
TENAGA KARMA (KARMIC ENERGY)
Kehidupan telah dilukiskan sebagai kombinasi batin dan benda. Sebagai akibat kombinasi ini, timbul suatu makhluk dan terus berubah sampai terjadi penghancuran. Tetapi, energi mental yang bertebaran itu berkombinasi lagi dengan unsur-unsur atau benda dan tampak kembali dalam berbagai bentuk dan di dalam lingkungan yang berbeda sebagai satu kehidupan sesuai dengan keadaan kehidupan yang berbeda sebagai satu kehidupan sesuai dengan keadaan kehidupan seseorang sebelumnya. Kesinambungan arus kehidupan ini berjalan berulang-ulang selama tenaga karma dan keinginan kuat untuk keberadaan tetap ada dalam batin.
LIMA KELOMPOK KEHIDUPAN
(PANCAKHANDA)
Menurut Dharma, kehidupan terdiri dari lima kelompok (bagian satuan) yaitu: rupa (bentuk), vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (bentuk-bentuk pikiran) dan vinnana (kesadaran). Empat macam unsur seperti padat, cair, panas dan gas merupakan rupa. Benda ditambah keempat energi mental (nama) yang digolongkan atas perasaan, pencerapan, bentuk-bentuk pikiran dan kesadaran tergabung bersama-sama membentuk kehidupan. Penghancuran berikutnya disebut kematian.
Sifat sebenarnya kelima kelompok kehidupan ini dijelaskan dalam ajaran Sang Buddha sebagai berikut: rupa/benda disamakan dengan sekumpulan buih, perasaan adalah seperti gelembung, pencerapan adalah seperti bayangan, bentuk-bentuk pikiran adalah seperti pohon pisang dan kesadaran tidak lain daripada khayalan. Dengan analisis kehidupan seperti itu, sukarlah untuk memastikan bahwa realitas tujuan kehidupan seperti sudah ditentukan.
Analisis kehidupan ini menjadi tantangan besar bagi banyak ahli-ahli filsafat dan tokoh-tokoh agama yang ada pada waktu itu. Tidaklah ada seperti kehidupan yang kekal yang ada tanpa perubahan dan tanpa penghancuran.
Badan tidak lain dan tidak bukan adalah generalisasi abstrak untuk kombinasi bahan-bahan kimia yang selalu berubah. Manusia mulai melihat kehidupannya sendiri sebagai setitik air dalam sungai yang terus mengalir dan gembira untuk menyumbangkan bahagianya kepada arus besar kehidupan.
DUNIA GELOMBANG
Analisa ini tentang keseluruhan alam semesta menunjukkan bahwa itu tidak lain adalah dunia radiasi (pancaran). Dr. Einstein mengatakan: “semua benda terdiri dari gelombang-gelombang dan kita hidup dalam sebuah dunia gelombang.”
Kita adalah bagian dari gelombang-gelombang yang sama. Bila manusia bisa memahami sifatnya seperti:
Kesadaran akan keadaan badannya
Kesadaran akan perasaannya
Kesadaran akan keadaan batinnya dan
Kesadaran akan keadaan objek-objek mental.
Maka kesadaran yang demikian akan membawa dia untuk mendapatkan apakah ada tujuan kehidupan.
RUBAHLAH DIRI ANDA
Apakah yang dapat anda capai dengan merubah dunia? Dapatkah anda mencapai kesempurnaan? Tidak pernah, tetapi anda akan dapat memenuhi kesombongan anda dan memuaskan egoisme anda. Anda akan terikat bersama-sama kedalam roda samsara. Tetapi dengan merubah diri anda, dan menyadari sifat diri, anda akan dapat mencapai kesempurnaan. Dengan mencapai kesempurnaan yang demikian, anda akan memberikan jasa yang terbesar bagi kemanusiaan. Orang-orang akan diilhami contog anda dan mereka juga akan mengikuti anda mencapai tujuan kehidupan.
Manusia sekarang adalah hasil dari berjuta-juta pengulangan pikiran dan tindakan. Manusia tidaklah siap sempurna; manusia masih dalam pembentukan dan tetap dalam pembentukan. Karakternya ditentukan lebih dahulu oleh pemikirannya sendiri. Menurut sifatnya manusia tidaklah sempurna, maka dia harus melatih dirinya menjadi sempurna.
Kehidupan bukanlah milik manusia sendiri. Banyak bentuk-bentuk kehidupan lain ada dialam semesta. Tetapi manusia mempunyai kemampuan pikiran dan nalar yang lebih besar. Dalam hal ini manusia lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai kecerdasan untuk membentuk ajaln kehidupannya agar dapat membebaskan diri dari penderitaan-penderitaaan duniawi. Oleh sebab itu bila tujuan kehidupan hanyalah membebaskan diri dari penderitaan-penderitaan, maka manusia dapat mencapai tujuan ini melalui usahanya sendiri. Tetapi kehidupan akan menjadi kegagalan bila tidak dipakai sewajarnnya.
Sang Buddha menekankan martabat manusia dan memberikan ceramah mengenai nilai-nilai manusia. Sang Buddha melukiskan gambaran yang paling sempurna dari manusia yang berusaha dan berjuang dari satu kehidupan ke kehidupan lainnya dalam pencariannya terhadap kesempurnaan.
Kehidupan adalah pengalaman unik. Tak ada yang dapat dibandingkan dengannya, tak ada ukuran dalam benda-benda lain mengenai nilainya, uang tidak akan membelinya. Begitupun, banyak yang tidak belajar apa yang harus diperbuat dengan “mutiara yang tak ternilai” ini. Disini kehidupan tidak hanya berarti badan dan indera tetapi juga batin manusia yang cerdas.
EMPAT JENIS MANUSIA
Buddha telah membaca seluruh manusia atas empat golongan. (1) Manusia yang bekerja untuk kebaikannya sendiri tetapi tidak untuk kebaikan orang lain; (2) manusia yang bekerja untuk kebaikan orang lain,tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri; (3) manusia yang bekerja tidak untuk kebaikannya sendiri dan juga tidak untuk kebaikan orang lain; (4) dan manusia yang bekerja untuk kebaikannya sendiri dan juga untuk kebaikan orang lain.
Dan siapakah orang yang bekerja untuk kebaikannya sendiri, tetapi tidak untuk kebaikan orang lain? Dia adalah orang yang berusaha menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan dalam dirinya sendiri, tetapi tidak mendorong orang lain menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan.
Dan siapakah orang yang bekerja untuk kebaikan orang lain, tetapi tidak untuk kebaikannya sendiri? Dia adalah orang yang mendorong orang lain menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan, tetapi dia tidak berusaha menghilangkan keserakahan, kebencian dan kepalsuan dari dalam dirinya sendiri.
Dan siapakah orang yang tidak bekerja untuk kebaikan dirinya sendiri dan juga tidak untuk kebaikan orang lain? Dia adalah orang yang tidak berusaha menghilangkan keserakahan, kebencian dan kepalsuan dari dalam dirinya dan juga tidak mendorong orang lain menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan.
Dan siapakah orang yang bekerja untuk kebaikan dirinya sendiri dan juga untuk kebaikan orang lain? Dia adalah orang yang berusaha menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan dalam dirinya sendiri dan juga mendorong orang lain menghilangkan keserakahan, kebencian dan kebodohan. (Anguttara Nikaya)
KEHIDUPAN ADALAH PENDERITAAN
Bila kita merenungkan dalam-dalam, kita harus menyetujui konsep bahwa hidup adalah menderita. Setiap saat kita menderita, baik secara badaniah ataupun secara mental. Dapatkah kita menemukan seseorang manusia dalam dunia ini yang bebas dari kesakitan jasmani dan mental? Tidak mungkin. Bahkan mereka yang telah mencapai tingkat orang suci tidak bebas dari segala kesakitan jasmani selama badan mereka ada.
Bila seseorang menanyakan, “Apakah yang paling tidak tentu di dunia ini?” maka jawaban yang benar adalah, “kehidupanlah yang tidak tentu”. Apapun yang kita perbuat di dunia ini ialah melepaskan diri dari penderitaan dan kematian. Bila kita lalaikan kehidupan ini sedetik sekalipun, itu sudah lebih dari cukup bagi kita untuk kehilangan kehidupan kita. Kebanyakan kegiatan rutin harian kita seperti: bekerja, makan, minum, tidur dan berjalan adalah cara dan alat yang kita ambil untuk menghindari penderitaan dan kematian. Sekalipun kita kadang-kadang mengalami semacam kesenangan dunia yang sebentar dalam memenuhi keinginan kita maka pada saat berikutnya hal yang memberikan kesenangan kepada kita dapat berubah menjadi penderitaan. Oleh sebab itu, harta perdamaian yang mulia itu dan kegembiraan itu tidaklah mesti ditangan orang kaya tetapi di dalam diri orang yang telah meninggalkan hal-hal keduniawian.
Segala sesuatu yang sehubungan dengan kehidupan kita tunduk kepada perubahan dan ketidakpuasan. Apakah ada agama yang mengatakan bahwa di dalam badan jasmani ini, kita dapat menemukan kebebasan yang sempurna dari penderitaan? Itulah sebabnya mengapa Sang Buddha telah menjelaskan bahwa selama ada keinginan yang berlebih-lebihan akan kesenangan duniawi atau keinginan untuk keberadaan (hidup) maka tidak ada jalan lepas dari penderitaan badaniah dan mental. Keinginan adalah penting untuk keberadaan (hidup) bila keberadaan (hidup) terjadi, maka penderitaan tak dapat dihindarkan.
Banyak orang memikirkan untuk mencari kehidupan abadi, tetapi ironisnya ialah banyak orang-orang yang mencari keabadian ini mendapati bahwa kehidupannya sangat membosankan sehingga mereka bahkan tidak tahu bagaimana menjalani hari-harinya. Menurut Sang Buddha, justru keinginan yang kuat untuk keabadian merupakan salah satu dari sebab-sebab munculnya pemikiran yang mementingkan diri sendiri dan penderitaan-penderitaan.
“Adalah cukup mudah menjadi senang,
Bila kehidupan berlaku seperti sebuah nyanyian.
Tetapi orang yang berharga ialah orang yang dapat tersenyum.
Bila kehidupan menjadi jalan buntu.”
Dunia dimana sedikit kegembiraan ini memberikan kepada makhluk-makhluk hanya diperoleh sesudah banyak mengalami kekecewaan, kegagalan dan kekalahan. Manusia mustahil mendapatkan kehidupan dimana tidak ada gangguan-gangguan, kesukaran-kesukaran, persoalan-persoalan, malapetaka, pertengkaran-pertengkaran, perselisihan-perselisihan, kekecewaan-kekecewaan, ketidakpuasan-ketidakpuasan, perbedaan-perbedaan pendapat, argumentasi, kekesalan-kekesalan, ketakutan, ketidak-amanan, kecurigaan, ketidakpastian, kehilangan, nasib buruk, nama jelek, dipersalahkan, kesakitan, kelaparan dan beribu-ribu hal yang tidak mengenakkan lainnya.
Setiap hari dan malam manusia berusaha menghilangkan situasi yang tidak menguntungkan ini. Semakin dia berusaha melepaskan diri dari keadaan yang tidak menyenangkan ini dengan cara duniawi, semakin dia melibatkan dirinya dengan beberapa persoalan lainnya. Bila dia dapat melepaskan diri dari satu persoalan, sengaja atau tidak sengaja dia akan menciptakan beberapa persoalan lain bagi dirinya. Jadi dimanakah akhir semua persoalan-persoalan ini? Untuk kelangsungan hidup kita sendiri, kita harus menerima kesulitan-kesulitan dan penderitaan-penderitaan yang sedemikian tanpa mengeluh karena tidak ada pilihan lain. Penderitaan akan selalu ada. Tetapi penderitaan dan ketidaksenangan bukan sama sekali tidak dapat dihindari. Penderitaan, kata Sang Buddha adalah suatu penyakit dan oleh sebab itu dapat diobati secara sempurna bila kita telah mencapai kesempurnaan.
Lao-Tse-seorang guru agama bangsa Cina mengatakan “Saya telah menderita karena saya mempunyai badan. Bila saya tidak mempunyai badan ragawi, bagaimana saya dapat menderita?
Bila anda memperhatikan bagaimana caranya orang menderita dalam dunia ini, anda dapat melihat situasi sebenarnya dari kehidupan dunia ini. Mengapa mereka harus menderita dalam cara ini? Dan siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan-penderitaan ini? Menurut Sang Buddha, masing-masing orang yang bertanggung jawab atas penderitaannya sendiri. Mereka menderita disini sekarang karena keinginan yang berlebihan dan kuat untuk hidup. Itulah sebab utama penderitaan ini. Memerlukan waktu lebih dari 2500 tahun bagi banyak ahli-ahli filsafat dan psikologi untuk memahami bahwa apa yang disebut Sang Buddha adalah benar.
Seorang sastrawan yang terkenal mengatakan:
“Kearah api kupu-kupu terbang
Tanpa mengetahui dia akan mati
Ikan kecil memakan pancing
Tanpa mengetahui bahaya
Tetapi sekalipun mengatakan benar bahaya
Kesenangan dunia yang jahat ini
Kita tetap berpegang kepadanya dengan erat
Oh...berapa besar kebodohan kita”.
SIFAT KEHIDUPAN YANG SEBENTAR
Buddhisme menunjukkan bahwa lamanya kehidupan sangat pendek dan kita harus bekerja dengan hati-hati, dengan siaga dan memperhatikan keselamatan/pembebasan kita.
“orang tak akan pernah benar-benar memahami bahwa kita disini hanya untuk sebentar.
Tetapi mereka yang mengetahui kebenaran ini betul-betul,
Semua penderitaan, perkelahian dan pertengkaran akan habis (Thera Gatha)
Beginilah caranya bagaimana Davis melihat kehidupan yang berlaku secepat ini.
Apakah kehidupan ini, sekalipun penuh perhatian kita tak punya waktu untuk berdiri dan memandang?
Tak ada waktu bediri dibawah dahan-dahan.
Dan memandang lama sebagai domba-domba dan lembu-lembu.
Tak ada waktu melihat, ketika kita melewati hutan-hutan.
Dimana bajing-bajing menyembunyikan makanannya dalam rumput
Tak ada waktu untuk melihat, dalam terangnya hari.
Sungai-sungai penuh bintang seperti langit diwaktu malam.
Tak ada waktu memperhatikan kerlingan keindahan dan memperhatikan kakinya bagaimana menari.
Tak ada waktu menunggu sehingga mulutnya dapat memperindah senyuman yang mulai dimatanya.
Suatu kehidupan yang menyedihkan sekalipun penuh perhatian.
Kita tidak punya waktu untuk berdiri dan memandang.
SUATU PADANG PERTEMPURAN
Seluruh alam semesta merupakan padang pertempuran yang luas. Keberadaan tidak lain adalah perjuangan sia-sia, molekul melawan molekul, atom melawan atom, elektron melawan elektron, orang melawan orang, wanita melawan wanita, orang melawan binatang, binatang melawan orang, roh-roh melawan manusia, manusia melawan roh-roh, manusia melawan alam, alam melawan manusia, dan di dalam sistem fisik itu merupakan padang pertempuran yang besar. Batin itu sendiri merupakan padang pertempuran yang terbesar.
Orang yang tidak berdamai dengan dirinya sendiri, tidak dapat berdamai dengan dunia, dan peperangan-peperangan di luar terus berlangsung untuk menyembunyikan dari orang-orang secara individual bahwa peperangan yang sebenarnya adalah dalam dirinya. Doa yang paling penting dari kemanusiaan sekarang ini adalah perdamaian, tetapi tidak akan ada perdamaian dalam dunia yang dirusak perang sampai pertentangan-pertentangan dalam diri manusia berakhir.
Dalam pandangan Sang Buddha, makhluk-makhluk hidup gemetar seperti ikan dalam sungai yang hampir kering; karena dicekam keinginan yang berlebihan, melompat kesana kemari seperti kancil yang tertangkap jerat atau hilang seperti anak panah yang ditembakkan diwaktu malam. Beliau melihat perjuangan semua melawan semua, pengrusakan-pengrusakan yang berturut-turut yang tidak ada maknanya, dalam mana seseorang memakan yang lainnya dan berikutnya akan dimakan yang lain pula. Perang diciptakan oleh batin manusia dan batin manusia yang sama dapat menciptakan perdamaian dan keadilan bila manusia memakai batin yang lurus.
Sejarah dunia menyatakan kepada kita bahwa diskriminasi rasial, perbedaan warna kulit, kefanatikan agama serta keserakahan akan kekuatan politik dan kekayaan telah menciptakan kesusahan, kesengsaraan dan penderitaan dengan cara yang kejam. Hal-hal ini tidak pernah menyumbangkan sesuatupun terhadap perdamaian dan kesenangan. Orang-orang yang haus akan kekuasaan dan kekayaan serta diracuni kecemburuan selalu menciptakan kesukaran-kesukaran dan acapkali mencoba membenarkan tindakan-tindakannya yang kejam dengan berbicara omong kosong yang menyerang orang lain. Kita sedang hidup di dunia yang dari luar bersatu tetapi secara mental terpecah-pecah dan kadang-kadang secara mental bersatu tetapi sebelah luar terpecah belah.
“Kita hidup, bekerja dan bermimpi
Masing-masing mempunyai rencana kecil
Kadang-kadang kita tertawa
Kadang kadang kita menangis
Dan begitulah hari-hari berlalu.
NILAI-NILAI SPIRITUAL
Yulian Hurcley mengatakan: “Kehdidupan seharusnya mengarah kepada pemenuhan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terhingga –secara badaniah, mental dan spiritual dan seterusnya-yang manusia mampu membuatnya. Dan kemanusiaan mampu untuk hal-hal yang besar dan agung.
Anda dilahirkan kedalam dunia ini untuk berbuat kebaikan dan bukan menghabiskan waktu anda dalam kemalasan. Bila anda bermalas-malas, maka anda adalah beban bagi dunia ini. Anda harus selalu berpikir untuk meningkat lebih tinggi dalam kebaikan dan kebijaksanaan. Anda akan menyia-nyiakan hak istimewa menjadi makhluk manusia bila anda tidak membuktikan diri anda berharga, dimana kebaikan anda telah memberikan kepada anda tempat ini. Memboroskan keberadaan manusia dengan menangisi keadaan yang telah lalu, dengan kemalasan dan ketidak perdulian berarti menunjukkan ketidak tepatannya untuk dunia ini. Pohon peradaban mempunyai akar-akarnya dalam nilai-nilai spiritual yang kebanyakan dari kita tidak menyadarinya. Tanpa akar-akar ini, daun-daun akan gugur dan pohon itu menjadi tunggul mati.
Bila seluruh gunung-gunung merupakan buku, bila semua dedaunan merupakan tinta,
Dan semua pohon-pohon merupakan pena,
Semuanya itu tetap tidak cukup untuk melukiskan segala kesengsaraan di dunia ini
(Jacob Boehme)
Begitulah mengapa guru-guru agama yang telah mendapat penerangan sempurna seperti Sang Buddha sesudah melihat kehidupan dalam pandangan yang wajar tanpa sikap mementingkan diri sendiri atau egoistis, menjelaskan bahwa tak ada tujuan yang sebenarnya dari kehidupan ini bila kita ijinkan kehidupan ini berputar-putar di dalam lingkaran kelahiran dan kematian-sementara itu menderita secara ragawi dan mental. Tetapi kita dapat memakai kehidupan ini untuk tujuan yang lebih baik dengan melayani orang lain, dan menumbuhkan moralitas, dengan melatih batin dan hidup sebagai makhluk berkebudayaan dalam perdamaian dan keselarasan dengan seluruh dunia ini.
Menurut Sang Buddha manusia bukanlah boneka-boneka tanpa tanggung jawab. Manusia adalah hasil tertinggi dari pohon evolusi. Tetapi ahli-ahli filsafat kita jaman dulu menjelaskan tujuan kehidupan seperti ini: “Untuk membawa dari kegelapan kepada terang, dan ketidak benaran menuju kebenaran dan kematian kepada ketidak-matian”. Penjelasan yang sederhana tetapi bermakna ini memberikan bahan bagi kita untuk berpikir.
NASIB
Nasib, apakah baik atau buruk adalah sesuatu yang seluruhnya buatan sendiri, hasil sendiri. Bila manusia tidak mengetahui, bahwa apa yang dia berikan dalam kehidupan ini kepada dunia ini akhirnya akan dikembalikan kepadanya oleh nasib, maka hal itu tidak akan memaafkan dirinya. Alam tidak pernah memaafkan ketidaktahuan. Manusia adalah pembangun kehidupannya sendiri, pencipta nasibnya sendiri, baik keluar atau kedalam. Nasib bukanlah kekuatan buta. Ini adalah pernyataan dari suatu kecerdasan kosmik yang lebih besar dan energi mental yang sehubungan dengan tenangan tenaga karma.
Ada suatu tujuan yang hendak dipenuhi, dan tujuan itu sepanjang yang berhubungan dengan manusia bersifat pendidikan. Karena manusia menciptakan nasibnya sendiri dengan pikiran-pikiran dan tindakan-tindakannya, maka lambat atau cepat dia akan menerima kembali apa yang dia berikan sendiri kepada kehidupan ini. Nasib tidak punya arti menghukum.
KEMATIAN DAN KEABADIAN
Semua pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan manusia tentang kehidupannya adalah yang sehubungan dengan realitas kematian; karena tampaknya manusia berbeda dari makhluk-makhluk lainnya, yaitu dalam hal manusia sadar akan kematiannya sendiri dan tidak pernah setuju sepenuhnya bersama-sama mengalami nasib alamiah dari semua organisme hidup. Bila seandainya manusia memahami bahwa kehidupan adalah singkat dan kematian tidak dapat dielakkan, maka ia dapat memecahkan banyak persoalan-persoalan yang sehubungan dengan kehidupan. Dalam perlawannya terhadap kematian, manusia telah mencapai sedikit perpanjangan kehidupan yang dapat disamakan dengan seorang anak yang bermain-main ditepi pantai dan dengan sungguh-sungguh membangun istana pasirnya sebelum ombak berikutnya menyapunya. Manusia telah acapkali membuat kematian sebagai pusat usahanya yang paling berharga dengan mendirikan objek-objek keagamaan dan berdoa akan berkat surgawi untuk mendapatkan kehidupan yang abadi.
Kematian menimpa semua makhluk hidup, tetapi hanya manusia yang telah menciptakan –karena ancaman terus menerus dari kematian-keinginan untuk bertahan. Dan karena keinginan untuk kelanggengan (keabadian), maka manusia telah menciptakan agama dalam bentuk-bentuk yang dapat dipikirkan, yang dalam tahap berikutnya mencoba memberikan akhir kehidupan yang lebih bermakna.
Sekalipun beberapa sekte keagamaan percaya pada adanya Yang Mahakuasa dan yang sehubungan dengan tempat surgawi dimana kehidupan akan menjadi kebahagiaan abadi, tetapi kita belum pernah mendengar pengikut-pengikut yang salah dari agama tersebut yang ingin sekali meninggalkan kehidupan duniawi ini agar dapat bersama dengan Yang Mahakuasa di surga. Demikian juga orang-orang Buddhis, akan lebih menyukai berpegang kepada keberadaan duniawi mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar