Selasa, 08 Maret 2011

PUNNA


(Unggul dalam membabarkan Dharma)

Tidak suka kekayaan, tetapi senang akan Dharma
Punna lahir di keluarga kaya di India. Orang tuanya sangat menyayanginya, tetapi Punna tidak menyukai emas, perak, dan barang-barang berharga lainnya di rumah. Ia suka mengamati masalah-masalah kehidupan, seperti dari mana manusia berasal, kemana manusia pergi setelah meninggal, dan dapatkah manusia tidak mati?

Setelah Punna mendengarkan ajaran Buddha, ia bertekad bulat meninggalkan kekayaannya dan menjadi siswa Buddha. Ia sangat rajin dalam belajar Dharma dan berkonsentrasi dalam latihannya. Akhitnya ia menjadi pembabar terkenal di India.

Bersemangat dalam menyebarkan Dharma
Punnya belajar Dharma dengan sangat baik dan ia juga dapat berceramah dengan sangat baik, sehingga ia dapat mengajarkan Dharma yang mendalam dengan cara yang menarik dan penuh canda. Ia dapat menerangkan konsep yang sulit dalam kata-kata sederhana sehingga orang-orang yang mendengarkannya tidak hanya memahami Dhamma, tetapi juga bertambah keyakinan dalam Dharma.

Setiap hari, Punna pergi dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan Dharma. Beberapa orang melihatnya bekerja sangat keras dan menasihatinya untuk beristirahat lebih banyak.

”Adalah tugas bhikkhu untuk menyebarkan Dharma sehingga Dharma dapat menyebar ke berbagai penjuru dunia. Jika kita tidak rajin dalam mengajarkan Dharma, bagaimana kita dapat sukses dalam menyebarkan Dharma?” jawab Punna.

Menyadarkan para Bhikkhu yang tinggal menyendiri

Suatu ketika, Punna mengajarkan Dharma. Ketika melewati hutan di gunung, ia bertemu dengan beberapa bhikkhu yang giat belajar. Mereka melatih meditasi dihutan.

Punna bertanya kepada mereka, ”Bukankah Buddha meminta kalian untuk pergi ke berbagai tempat untuk mengajarkan Dharma? Kenapa sebaliknya kalian menyendiri ditempat terpencil ini?”

Salah seorang bhikkhu menjawab, ”Oh! Menolong makhluk hidup itu sangat sulit. Kalau engkau menerangkan kebenaran kepada mereka, mereka tidak mau mendengarkan. Beberapa bahkan sengaja berkata tidak masuk akal untuk membuat kita kesal!”

Bhikkhu yang lain menambahkan, “Oh! Dunia ini penuh dengan orang yang keras kepala dan menolak untuk berubah menjadi lebih baik. Ketika engkau mengatakan kepada mereka bahwa membunuh akan membawa penderitaan, masih saja mereka melakukan pembunuhan. Tidak semua orang dapat mengerti dan menghargai kebenaran Dharma. Ketika orang-orang ini sudah cukup mengalami penderitaan, suatu hari mereka akan menyesal dan datang kembali. Ketika waktu itu tiba, barulah aku akan mengajarkan Dharma kepada mereka. Itu masih belum terlambat!”

Punna tidak setuju dengan mereka. Ia berkata, ”Memang sangat sulit bagi manusia untuk mengerti dan menghargai kebenaran (Dharma), tetapi kita harus mencoba sebisa mungkin untuk memikirkan cara membantu mereka agar mereka. Tentu itu bukan tugas yang mudah, namun berhubung kita telah menjadi siswa Buddha, kita harus membantu makhluk hidup untuk keluar dari penderitaan. Jadi, kita seharusnya tidak takut akan kesulitan, sekalipun harus dibayar dengan nyawa!”  

Setelah mendengarkan Punna, bhikkhu-bhikkhu ini menundukkan kepala dengan malu. Mereka kemudian mengikuti Punna ke berbagai tempat untuk menyebarkan Dharma.

Pergi ke surga
Sudana adalah sebuah tempat yang terpencil dan tidak berkembang. Penduduk disana miskin, tidak berada, dan tidak berakal sehat. Disana sering terjadi perkelahian, perampokan, dan pembunuhan. Tak seorang pun yang berani pergi ke Sudana untuk mengajarkan Dharma.

Punna yang penuh belas kasih memohon kepada Buddha, ”Ijinkanlah saya pergi ke Sudana untuk mengajarkan Dharma.”

Buddha bertanya, ”Tidaklah engkau takut akan bahaya?”

”Saya tidak takut sama sekali,” Punna menjawab dengan nada pasti.

Buddha bertanya, ” Punna, saya akan mengajukan beberapa pertanyaan. Jika jawabanmu memuaskan, saya akan mengijinkanmu pergi, setuju?”

”Baiklah,” jawab Punna dengan penuh hormat.

”Ketika engkau pergi ke Sudana untuk mengajarkan Dharma, jika mereka tidak mendengarkanmu, dan mereka memarahimu, apakah engkau akan marah?”

”Buddha, kenapa saya harus marah? Saya pikir mereka sudah cukup bosan jika hanya memarahiku dan tidak memukul saya dengan tongkat.”

”Bagaimana jika kita memukulmu?”

”Saya bersyukur mereka tidak membunuh saya.”

”Bagaimana jika mereka membunuhmu?”

”Saya tidak akan marah, karena saya dapat meninggal pada saat menyebarkan Dharma. Saya akan mati terhormat dan penuh makna.”

Begitu mendengar hal ini, Buddha berkata dengan sukacita, ”Punna, engkau sangat hebat. Saya setuju engkau pergi kesana.”

Dengan cinta kasih dan kesabaran, Punna membantu banyak orang di Sudana untuk menyakini ajaran Budha. Punna sangat layak mengemban gelar ”Unggul dalam mengajar Dharma.”

Cara mengajar yang berbeda
Cara punna mengajar Dharma tidak kaku sama sekali. Ia menggunakan berbagai cara dalam mengajarkan Dhamma sesuai dengan kebutuhan orang yang berbeda-beda, sehingga mudah bagi mereka untuk mengerti dan yakin.

Untuk petani yang bekerja di sawah, ia akan berkata, ”Jika Anda menanam benih, Anda akan menuai panen. Jika Anda ingin kebahagiaan dan berkah, Anda harus melakukan perbuatan baik dan mempraktikkan Dharma dengan rajin. Tidak ada yang dapat dituai tanpa menanam.”

Ketika bertemu dengan orang yang sakit, ia akan menenangkan mereka dulu sebelum berkata, ”penyakit badan tentu sangat menyeramkan, tetapi kita juga tidak boleh sembarangan dengan penyakit batin. Seorang yang memelihara kesehatan badan dan batin adalah orang yang benar-benar bahagia.”

Ketika ia bertemu jaksa, ia akan berkata, ”Di bawah undang-undang negara, orang yang berbuat salah akan dihukum. Namun demikian, ajaran sebab akibat dalam ajaran Buddha membantu orang untuk mengerti bahwa perbuatan baik menghasilkan akibat baik sedangkan perbuatan buruk akan menghasilkan akibat buruk. Dengan pengertian ini, orang akan menjadi pelindung diri mereka sebelum melakukan hal yang buruk. Karena takut akan hasil perbuatan buruk, mereka tidak akan berani melakukan hal buruk, mereka tidak akan berani melakukan hal buruk. Karena itu, ajaran Buddha sangat berguna dalam menjaga kedamaian dalam masyarakat.”

Suri tauladan
Sepanjang hidupnya, Punna tidak pernah serakah dalam memudahkan dan menyenangkan dirinya sendiri. Ia selalu bersemangat dalam usahanya menyebarkan Dharma. Ia seperti lilin, menyalakan dirinya sendiri untuk menerangi orang lain. Buddha berkata, ” Punna, engkau akan mencapai kebuddhaan di planet ini pada masa yang akan datang, karena engkau begitu bersemangat dalam mengajarkan Dharma, engkau memiliki cita-cita untuk mengajarkan Dharma dan engkau telah memberikan seluruh hidupmu untuk ajaran Buddha dan semua makhluk hidupmu untuk ajaran Buddha dan semua makhluk hidup. Engkau akan menjadi Buddha Dhammapabhasa.”

Buddha menambahkan, ”Setiap orang seharusnya belajar dari teladan yang telah diberikan oleh Punna. Ia selalu bersemangat dalam mengajarkan Dharma. Ia selalu berusaha menyebarkan Dharma. Dimana ada Punna, lampu Dharma bersinar. Ia selalu berusaha untuk memperbaiki diri. Ia memang siswa sejatiku dan patut dipuji. Kalian semua harus belajar darinya.”
Punna memang seorang suritauladan bagi kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar