Rabu, 16 Maret 2011

BODHISATTVA SAMANTABHADRA




Dalam ajaran-ajaran Buddhisme ada tiga Bodhisattva Utama yang disebut San Ta She. Ketiga Bodhisattva tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Samantabhadra Bodhisattva (Phu Sien Pu Sa) berada disebelah kiri dengan menunggang seekor gajah putih yang melambangkan virya (Semangat) dan kebahagiaan.
2.      Avalokitesvara Bodhisattva (Kuan Yin Phu Sa) berada di tengah yang melambangkan Maitri Karuna (welas asih dan kasih sayang).
3.      Manjushri Bodhisattva (Wen Shu Phu Sa)berada disebelah kanan yang menunggang seekor singa yang melambangkan kebijaksanaan.

Phu Sien Phu Sa (Po Hien-Po Sat) atau fu Gen (Jepang) dalam bahasa sansekerta adalah Samantabhadra Bodhisattva yang berarti kebijaksanaan yang universal. Bodhisattva ini merupakan perwujudan dari cinta, aktivitas yang suci, kebajikan, ketekunan dan kesadaran. Di dalam kasanah kedewaan Tionghoa, Pu Sien Phu Sa ditampilkan dalam tiga serangkaian bersama Kuan Yin Phu Sa dan Wen Shu Phu Sa, tetapi sering juga dalam kelenteng-kelenteng Tiongkok dan Jepang tampil bersama Sakyamuni Buddha dan Wen Shu Phu Sa. Phu Sien Phu Sa biasanya di tampilkan duduk diatas seekor gajah putih membawa setangkai bunga teratai atau gulungan kitab suci. 

Gajah itu umumnya dalam keadaan berdiri atau jongkok, kadang-kadang berkepala tiga atau satu, dengan enam batang gading. Phu Sien Phu Sa terkenal, karena persembahannya yang tidak terbatas kepada para Buddha dan sepuluh sumpah agungnya yang ditujukan kepada orang-orang sengsara yaitu:
a.       Untuk memuja para buddha
b.      Untuk memuja tatthagata
c.       Untuk menghaturkan sembah kepada para buddha
d.      Untuk mengakui dosa-dosa pada masa kehidupan yang lampau dan berbuat kebajikan.
e.       Untukbergembira dalam kebajikan dan kebaikan orang lain.
f.       Untuk bergembira dalam kebajikan dan mengkhotbahkan ajarannya
g.      Untuk memohon kepada buddha untuk tetap tinggal di dunia
h.      Untuk mempelajari dharma dan mengajarkan kembali
i.        Untuk membantu sesama makhluk yang sengsara
j.        Untuk menyalurkan hal-hal yang baik kepada pihak lain.

Tempat suci Pu Sien Pu Sa adalah di gunung E Mei Shan di propinsi Si Chuan di sebelah barat, yang merupakan salah satu dari empat gunung suci agama Buddha di Tiongkok. Di Jepang ia sering kali dipuja oleh para pengikutnya untuk memperoleh kemakmuran dan panjang umur, bahkan sebagian pihak menganggap ia sebagai pelindung pengobatan. Di dalam sutra “phu sien phu sa ia dipuji Buddha dan dikatakan bahwa ia lahir di tanah suci sebelah timur.

Di dalam sutra itu, Buddha menggambarkan “Phu Sien Phu Sa” memiliki tubuh yang besar tidak terbatas, karena ingin turun ke dunia untuk membantu orang-orang yang sengsara, ia mengubah dirinya menjadi manusia biasa. Ia muncul dengan menunggang gajah putih, dibawah telapak gajah putih bunga-bunga teratai bermekar dan berwarna putih, gajah ini berwarna yang paling cemerlang diantara segala warna putih, sampai kristal dan puncak Himalaya pun tidak bisa menandinginya.

“Sutra Bunga Teratai” Phu Sien Phu Sa ini menarik orang terutama dikalangan wanita, sebab mereka akan dijanjikan akan mendapatkan juga mencapai tingkat Buddha. Phu Sien Phu Sa di puja tidak pada setiap kelenteng bercorak Buddhis tetapi biasanya di kelenteng-kelenteng yang memuja Kuan Yin dapat dijumpai arcanya. Hari shejitnya ialah pada tanggal 21 bulan 2 Imlek.


BODHISATTVA SAMANTABHADRA

Nama Bodhisattva Samantabhadra adalah perkataan bahasa sansekerta yang berarti “Pribadi maha agung yang layak memperoleh penghormatan secara universal” atau “Pribadi maha agung yang diharap-harapkan limpahan berkah dan kesuksesan bagi semua makhluk”. Beliau adalah tokoh orang sucinya umat Buddha Mahayana, yang bermanifestasi secara universal, di semua tanah Buddha, dan yang telah melaksanakan sumpah maha sucinya, dengan kesuksesan yang besar. Di dunia saha beliau bekerja sama dengan Bodhisattva Manjushri, sebagai pembantu utama Sang Buddha Sakyamuni.

Seperti yang tertulis dalam teks kitab suci agama Buddha, Bodhisattva Manjushri diceritakan mengendarai seekor singa, dan mendampingi Hyang Buddha Sakyamuni di sebelah kirinya; sedang di sebelah kanannya, adalah Bodhisattva Samantabhadra, yang diceritakan mengendarai seekor gajah putih. Bodhisattva Manjushri melambangkan intelegensi, kebijaksanaan dan lulusnya seseorang dalam menempuh ujian kehidupan dan memperoleh ijazah spiritual pada tingkatan tertentu. Sedangkan Bodhisattva Samanthabadra mewakili doktrin atau ajaran agama. Di dalam kegiatan pembinaan diri, Bodhisattva Manjushri menggaris bawahi Prajna; sedangkan Bodhisattva Samantabhadra, menggaris bawahi samadhi, kebajikan dan prakteknya dari kedua tokoh Bodhisattva ini, melambangkan kesempurnaan dalam prinsip Buddha Mahayana tingkatan paling tinggi.

Bodhisattva Samantabhadra telah mempraktekkan jalan keBodhisattvaan di masa-masa yang lampau, di dalam banyak kalpa-kalpa itu, mencari semua kebajikan, untuk membebaskan penderitaan-penderitaan bagi makhluk-makhluk hidup. Bodhisattva Samantabhadra itu dianggap sebagai suatu model bagi umat Buddha Mahayana dalam belajar, meniru, melaksanakan, dan membina diri melalui jalan kebodhisattvaan.

Dalam kitab suci agama Buddha yang dinamai “Sutra Avatamsaka” di tulis bahwa beliau telah menasehati, dan mengajak orang-orang untuk membina diri, mengembangkan sepuluh tipe, atau jenis-jenis tingkah laku dan sumpah suci, yaitu:
1.      Untuk memuja dan menghormati semua Buddha
2.      Untuk memuja Sang Tatthagata
3.      Untuk mempelajari dan meningkatkan persembahan suci
4.      Untuk belajar menyesali atas perbuatan-perbuatan buruknya dan lalu memperbaikinya
5.      Untuk menghayati kegembiraan di dalam (melakukan) penimbunan jasa-jasa kebajikan.
6.      Untuk mengajak orang lain mau ikut memutar roda Dharma
7.      Untuk memohon kepada Sang Buddha agar berkenan lahir ke dunia
8.      Untuk mempelajari Dharma
9.      Untuk hidup secara serasi, bertoleransi, saling tenggang rasa dengan orang-orang lain
10.  Untuk mentransfer, memberikan semua jasa-jasa kebaikan dan kebajikan-kebajikan yang dipunyai, bagi kemanfaatan orang-orang lain, atau makhluk-makhluk lain.

Dengan didasari 10 sumpah suci terebut, Bodhisattva Samanthabadhra menasehati dan mengajak makhluk-makhluk hidup, untuk mencapai jasa-jasa kebajikan, seperti yang telah dimiliki oleh seorang Tatthagata. Gunung suci E Mei yang terdapat di propinsi Si Chuan itu secara tradisional, dikenal dan termasyur, sebagai Bodhimandanya Sang Bodhisattva Samantabhadra dan menjadi pusat pemujaan terhadap Sang Bodhisattva tersebut.

1 komentar:

  1. Namo Buddhaya...
    Mohon kepada Bpk. Komang sutawan...
    Adakah kitab suci Avalokitesvara Samanthabadra..
    Seperti kita" lainnya.. misal. Ko ong kwan see im keng.. atau sejenisnya..
    Mohon penjelasan.. terimakasih

    BalasHapus